Jumat, 02 Oktober 2015

Mantra Pembangkit Jiwa

Ketika bambu tak lagi runcing.
Maka kan ku buat seruling.
Kan ku sayat tubuhmu dengan suara nya yang melengking.

Ketika darah tak bisa lagi tertumpah.
Maka, kan kubiarkan tinta ini tumpah.
Kan kutulis sajak-sajak gundah.
'Tuk buat hatimu resah.

Yang lalu biarlah menjadi sejarah.
Sejarah tentang penjajah.
Penjajah yang menjarah.
Penjarah yang menjajah.
Ah,

Aku bukan penyair.
Yang menulis sajak-sajak cinta.

Aku adalah darah yang kemarin tumpah.
Aku adalah tinta yang hari ini tumpah.
Dan esok, aku adalah sejarah.

Aku adalah perjuangan.
Perjuangan yang belum usai.
Untuk sebuah perubahan.

Aku adalah mantra.
Pembangkit jiwa.

Jiwa yang telah mati.

Bogor, 23 Maret 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar