Dalam dekap malam.
Aku menatap wajahnya yang muram.
Wajah yang lelah menatap masa depan yang suram.
Diatas tanah yang basah.
Aku merasakan hatinya yang gelisah.
Hati yang lelah mengikuti hidup yang tak terarah.
Dibawah terik yang membakar.
Aku menyaksikan tatapannya yang nanar.
Tatapan yang lelah karena harus berpura-pura tegar.
Aku pernah menyusuri lorong lorong sempit dalam terminal.
Disana aku menemukan harapan mereka yang tetinggal.
Aku pernah berjalan didekat tumpukan sampah.
Disana kutemukan dia sedang gelisah.
Aku pernah berjalan disudut-sudut pasar.
Disana kutemukan dia sedang gusar.
Adakah mataku ini hanya untuk menyaksikan itu semua?
Apakah hati ini telah membisu untuk sekedar menyapa mereka?
Bogor, 14 Mei 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar