Seharusnya...
Aku tak merisaukan sunyi yang menggerayangi malam
Saat matahari tumbang di ufuk pembaringan
Sebab, aku telah terbiasa bersahabat dengan sunyi
Bukankah hatiku juga telah menjadi sunyi saat menatap punggungmu terakhir kali?
Seharusnya...
Aku tak merasakan sepi yang merayapi gelap
Saat derik suara jangkrik mengantarkan bulan pada singgasananya
Sebab, aku telah lama berteman sepi
Bahkan sejak terakhir aku melihat senyum di bibirmu
Seharusnya...
Aku tidak meracau seperti ini
Aku tidak harus mengigau mengharapkan kau kembali pada hatiku
Seharusnya...
Aku memahami bahwa dirimu hanyalah bagian masa laluku yang bisu
Yang hanya sesekali saja bisa ku pandang di dinding hati
Dalam bingkai kenangan
Seharusnya...
Aku telah mampu melupakanmu
Yang juga telah melupakanku
Tapi, aku selalu berpura-pura tak mampu melupakanmu
Hanya agar engkau tahu bahwa sebenarnya aku belum mampu melupakanmu
Seharusnya...
Kenangan yang terjalin diantara kita
Kau bawa juga pergi bersama langkahmu
Agar aku tak tersiksa
Merindui dirimu yang tak merinduiku
Seharusnya...
Puisi ini pun tak harus tercipta
Sebab hanya akan mengorek kembali luka di kedalaman hatiku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar